Senin, 10 November 2014

Anak orang

Belakangan ini aku lebih sering diam termenung dan meratapi persinetronan Indonesia. Dan hasil nonton CHSI selama kurang lebih dua mingguan aku mendapat wangsit. Ternyata ada beberapa pemain the raid sekarang main CHSI. Enggak, bukan si mbak Hana, mas bram, atau helo kiti. Dan setelah melakukan riset yang sangat (gak) penting ini akhirnya aku menyimpulkan sesuatu; Catatan hati seorang istri tayang di RCTI.

Enggak, postingan ini isinya bukan tentang mbak hana yang tengah mengandung anak mas bram, bukan. Karena aku sama sekali gak ikut campur dalam hubungan mereka.

Well,  aku sebenarnya mau menulis tentang hasil pengamatanku. Walaupun dengan beredarnya kabar ini belum tentu bisa menyelesaikan masalah bangsa vampir dan serigala.

Udah ah langsung aja.

Waktu itu aku lagi duduk di sofa ruang tamu sambil melihat kearah sebuah jendela persegi panjang. Cukup besar untuk melihat semua aksi dan reaksi sesama manusia di depan rumah. Diseberang jalan sana ada deretan ruko yang diisi oleh manusia-manusia sok sibuk dengan kesibukannya. Disana ada warnet, jualan burger, apotek, dan air mineral. Jadi kalo lagi laper bisa jualan burger sambil minta minum di apotek. Kalo gak tau cara minum bisa tanya sama keyboard warnet.

Di depan apotek ada dua orang anak umurnya aku perkirakan 5 tahunan. Keduanya laki-laki, satu pake celana jeans panjang dan berkaos kuning dan satunya lagi pake celana pendek dan kemeja warna ungu perawan *karena ungu janda sudah terlalu mainstream*. Dan dengan jarak pandang 30 meter wajah mereka mirip, jadi aku simpulkan mereka saudara.

Awalnya mereka sedang main tanah dengan riang gembira. Lalu mungkin karena ada sengketa lahan, konflik pun pecah diantara mereka. Awal konflik ditandai dengan cakaran dari si abang (kaos kuning). Badannya lebih tinggi, jadi dia abangnya.

Batu besar itu akhirnya bisa digenggam kedua tangan mungil itu dengan susah payah, si adik (kemeja ungu perawan) melakukan kuda-kuda bersiap melempar kalau abangnya menyerang mendadak. Tentu saja si abang tidak menyerah begitu saja, dengan batu sebesar itu minimal kepalanya akan jadi perkedel secara instan. Lalu si abang dengan cekatan… lari ke pelukan ibunya yang baru keluar dari apotek. Aku cuma bisa memandang dan mengumpat "dasar licik".

Namun, si adik tiba tiba menangis. Batu besar yang tadi digenggamnya diletakkan di atas kakinya seolah-olah itu adalah perbuatan si abang. Si adik pura-pura menangis sejadi-jadinya, si abang dijewer sepuas-puasnya. Untuk kedua kalinya, aku cuma bisa memandang dan mengumpat sekali lagi "dasar licik".

Tapi tangisan si adik semakin manjadi. Air matanya mengucur dengan indahnya, wajahnya memerah dan menarik lengan baju ibunya agar melepaskan cengkraman jeweran si ibu dari telinga di abang.

Endingnya, dua-duanya sama sama menangis dan gak ada yang menang. Yang ada siapa yang lebih menderita karena perbuatannya… dan licik.

Si abang menderita karena tidak sportif dalam pertarungan abang adik, si adik menderita karena rasa bersalahnya memfetnah si abang, dan aku menderita karena belum diberi asupan cinta dan kasih.

Aku juga gak ngerti kenapa ini pantas di publikasikan kepada publik, entahlah, mungkin dengan cara ini… aku…… bisa…… bahagia :''''))))))) #SaveOrangutans

Untuk kalian yang udah baca coba kalian simpulkan apa makna dari kejadian tersebut dan tuliskan di kolom komentar dan bagi yang komentarnya paling pas akan dapat hadiah menarik dari aku!

Enggak, becanda.

Yep, I think that's all! Thank you for reading. You can coment on the coment box below, say whatever you want, but! Be romantic with your words =)

Tidak ada komentar: